Minggu, 17 Mei 2020

Merayakan Hari Buku Nasional

newyorkinthespring.com

Selamat Hari Buku Nasional!

17 Mei merupakan salah satu tanggal penting dalam sejarah literasi Indonesia. Pada tanggal tersebut empat puluh tahun lalu, Perpustakaan Nasional RI dicanangkan oleh Pak Daoed Joesoef selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dua puluh dua tahun kemudian semenjak pencanangan tersebut, 17 Mei 2002, Menteri Pendidikan Abdul Malik Fajar mengesahkan peringatan Hari Buku Nasional sebagai bentuk tindak lanjut dari kondisi literasi masyarakat Indonesia yang cukup memprihatinkan. 

Pagi ini saya diingatkan oleh cuitan-cuitan pengguna Twitter yang merayakan Harbuknas. Sebagian pengguna mengunggah kutipan favorit mereka, sebagian lainnya mengunggah potret diri yang sedang membaca buku. Tidak ada yang salah dengan perayaan macam itu. Namanya juga merayakan, sudah selayaknya menjadi sesuatu yang meriah. Pertanyaan penting yang perlu dilontarkan pada diri sendiri adalah:

Mengapa buku tersebut sangat berpengaruh bagi saya?

Jangan sampai buku hanya sekadar ornamen publikasi media sosial pada momen Harbuknas. 

Untuk berpartisipasi pada hari yang agung ini, saya akan menceritakan lima buku yang sangat berkesan dalam hidup saya. 

Buku pertama yang membuat saya jatuh cinta dan bertekad akan membuat sebuah novel suatu hari nanti adalah Rumah di Seribu Ombak karya Erwin Arnada. Saya membeli novel ini pada semester dua perkuliahan dengan diskon yang cukup menggiurkan. Namun, diskon itu tidak berpengaruh terhadap kualitas novel ini. Novel ini adalah sebuah kesatuan cerita yang solid ihwal persahabatan, kekeluargaan, percintaan, dan pengorbanan. Saat saya tiba di lembar terakhir buku ini, entah berapa tetes air yang sudah terjun bebas dari kelopak mata saya. Bli Erwin, terima kasih atas karya yang memukau dan menumbuhkan gairah menulis saya. Saya jadi sangat memaknai persahabatan dan tak sabar untuk segera menelurkan karya sehebat Rumah di Seribu Ombak.

Karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bukan Pasar Malam juga berhasil mencuri perhatian saya. Ini adalah buku Pak Pram pertama yang saya baca dan berhasil memantik keingintahuan saya terhadap karya beliau yang lainnya. Bukan Pasar Malam merupakan sebuah karya yang menangkap suatu realita kehidupan melalui pengisahan tokoh Aku dan ayahnya yang sangat berperan dalam mengusahakan kemerdekaan, tetapi tak mendapatkan perhatian yang pantas pascamerdeka. Saya sangat kagum kepada Pak Pram yang merampungkan novel kritis nan menyentuh ini saat umurnya masih kepala dua. Semoga saya bisa lekas berpengaruh terhadap dunia menulis seperti Pak Pram, ya.

Selain novel, buku selanjutnya yang saya sukai berjenis kumpulan cerpen dengan tajuk Rectoverso; buah karya Dewi Lestari. Rectoverso dikategorikan sebagai karya hibrida yang menggabungkan fiksi dan musik, dua elemen yang sangat dikuasai oleh Mbak Dewi. Ada sebelas cerpen yang siap mengajarkan makna cinta, pasrah, usaha, dan patah kepada para pembaca. Cerpen yang sukses mengoyak perasaan saya adalah Malaikat Juga Tahu dan Hanya Isyarat. Cerpen yang membuat saya paham bahwa cinta kadang tak bisa dipaksakan. Dalam hidup, kita memang harus menakar cukup.

Buku selanjutnya yang berhasil mencuri perhatian saya adalah Museum dan Kita karya Amanda Margareth. Melalui prosa dan puisi yang Mbak Margareth tuliskan, saya mampu menyelami pengalaman pribadi penulis dalam memahami diri dan menerima patah hati sebagai bentuk dari pendewasaan diri. Secangkir Kopi adalah puisi dua kalimat yang sangat berbekas dalam hati. Tak sabar untuk membaca tulisan-tulisan baru Mbak Margareth!

Terakhir, saya sangat menyukai Surat Kopi yang merupakan kumpulan sajak Joko Pinurbo. Buku ini merupakan sebundel cuitan Mas Jokpin di Twitter dalam rentang 2012-2014. Tema tulisan beliau sangat beragam, dimulai dari memaknai salam, mata, ibu, dandan, banjir, masa kecil, dan masih banyak lagi. Mas Jokpin menampilkan kepiawaiannya dalam meramu puisi secara singkat, tetapi tetap mendalam. Sajak yang paling saya sukai adalah Akhir Pekan 3 dan Mata Bocah, 2.

Bagaimana denganmu?

Apa buku yang sudah menyentuh hatimu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar