Kamis, 06 Juni 2019

Pengalaman sebagai Duta Bahasa Jawa Barat


Tulisan ini adalah sebuah lanjutan dari pos sebelumnya yang bisa kamu akses di sini. Jika teman-teman ingin tahu perjalanan saya selama Pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2017, silakan baca pos tersebut.
-----

Apa yang saya lakukan setelah terpilih menjadi bagian dari Duta Bahasa Jawa Barat 2017?

Saya dipercayai oleh Balai Bahasa untuk mewakili Jawa Barat pada Pemilihan Duta Bahasa Nasional 2017 di Jakarta. Sebagai salah satu persyaratan, saya dan Ninda harus melaksanakan sebuah krida kebahasaan bersama Dubas Jabar. Setelah berdiskusi di sebuah kafe bersama Bu Ade dan Kang Vicky, sebuah ide mengenai usaha pelestarian bahasa Sunda pun muncul. Kami berangkat ke Sumedang untuk membuktikan sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa teknologi berpengaruh terhadap eksistensi bahasa. 

Nyangu, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah menanak nasi, adalah fokus kegiatan kami. Kami belajar berbagai macam proses menanak nasi secara tradisional dan mendaftar kosakata terkait tanak nasi dalam bahasa Sunda. Kami mengaitkan pengalaman tersebut dengan menanak nasi bermedia rice cooker. Ada berbagai kesimpulan yang kami tarik saat itu. Penasaran dengan penelitian tersebut? Teman-teman bisa mengecek dokumentasinya di kanal YouTube Dubas Jabar. Tolong, jangan hakimi isi video tersebut berdasarkan kelukunya.


Agustus menjadi saksi dari perjuangan Dubas Jabar pada Pemilihan Duta Bahasa Nasional. Kami menyabet posisi Terbaik V setelah bersaing dengan duta bahasa se-Indonesia. Walaupun saya menyadari pemilihan ini adalah sebuah kompetisi, tetapi rasa gentar yang muncul dalam hati saya tidak terlalu kentara. Saya malah senang melihat perwakilan provinsi lain yang telah melakukan berbagai kegiatan luar biasa berkaitan dengan Trigatra Bangun Bahasa. Bagi teman-teman yang belum tahu, Trigatra Bangun Bahasa adalah slogan yang dicanangkan oleh Badan Bahasa yang berbunyi; utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Setelah itu, kami melaksanakan berbagai kegiatan seputar kebahasaan. Ada kegiatan yang dilakukan atas inisiasi Ikatan Duta Bahasa Jawa Barat (Ikadubas Jabar), ada pula kegiatan yang diusung oleh Balai Bahasa Jawa Barat. Semuanya tetap bernapaskan Trigatra Bangun Bahasa.

Apa yang saya dapatkan setelah menjadi Duta Bahasa Jawa Barat?

Jika saya menyenaraikan hal-hal yang saya dapatkan, tentu pos ini akan sangat panjang. Saya merangkum hadiah-hadiah itu dalam tiga kategori.

Saya mendapatkan jejaring sosial yang cukup luas. Sebelumnya, persahabatan saya hanya seputar teman-teman kampus dan kantor. Setelah mengikuti Dubas Jabar, saya mengenal banyak orang dari berbagai macam kalangan. Sebagai seorang duta, saya mempunyai kesempatan untuk berjejaring dengan duta-duta lainnya, baik duta bervisi sama maupun yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan bahasa. Sering kali, kami bertukar pikiran mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan, kondisi sosial, dan lain-lain. Jika saya ditugasi untuk menghadiri acara penganugerahan, saya biasanya akan bertemu duta-duta lainnya. Adalah sebuah kepuasan sendiri saat menyimak usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh rekan duta dari sektor lain.


Kedua, saya memiliki sebuah platform yang sesuai dengan kapabilitas saya selaku guru bahasa Indonesia. Lir ibarat sambil menyelam minum air, saya bisa menjalankan tugas saya selaku pengajar bahasa Indonesia dan duta bahasa sekaligus. Setelah menjadi duta bahasa, saya mendapatkan tambahan pengikut di beberapa media sosial. Bertambahnya kuantitas pengikut memberikan saya ruang untuk menyebarkan informasi kebahasaan kepada lebih banyak orang. Sering kali saya membuat konten kebahasaan interaktif di Instagram dan respons teman-teman cukup baik. Selain itu, saya bisa berkontribusi secara aktif dalam berbagai macam program kebahasaan.



Terakhir, saya memiliki ruang lingkup persahabatan yang lebih luas lagi. Ketika berbicara tentang sahabat, kita tidak berbicara mengenai program kerja yang akan dilaksanakan. Sahabat adalah orang-orang yang bisa kamu ajak bermain, bertukar pikiran, bertukar novel, menonton film, dan lain-lain. Saya mendapatkan sahabat-sahabat itu semenjak bergabung dengan Duta Bahasa Jawa Barat.

Apa tips saya untuk bisa bergabung dengan Duta Bahasa Jawa Barat?

Pastikan dulu kamu peduli dan memiliki komitmen untuk berkontribusi. Menurut saya, itu adalah hal yang paling dasar. Akan menjadi sesuatu yang percuma jika kamu memiliki kompetensi dalam hal bahasa atau terpilih menjadi bagian dari Duta Bahasa Jawa Barat, tetapi tidak berkontribusi sama sekali. Teman-teman harus menyadari satu hal; saat terpilih menjadi seorang duta, ada tugas mulia yang teman-teman harus laksanakan. Prinsip ini berlaku untuk seluruh duta, bukan hanya duta bahasa. Ada sebuah tanggung jawab yang harus direalisasikan dalam bentuk tindakan nyata.

Berkontribusi itu tidak hanya dilakukan pada program Ikadubas Jabar atau Balai Bahasa saja. Kamu bisa berkontribusi dengan caramu sendiri. Beberapa teman saya ada yang menjadi narablog video berbahasa Indonesia. Ada pula yang menggunakan media sosial sebagai tempat promosi bahasa. Kuncinya adalah kreatif dan optimalisasi kebiasaan. Jika kamu berprofesi sebagai dokter, kamu bisa menginisiasi pemartabatan bahasa di Puskesmas, mungkin?

Kapan Pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2019 dilaksanakan?

Nah, teman-teman yang sudah memiliki kepedulian dan komitmen, Penganugerahan Duta Bahasa Jawa Barat 2019 akan dilaksanakan pada 27 Juni 2019. Pendaftaran akan ditutup pada 10 Juni 2019 yang mana hanya beberapa hari lagi! Perhatikan poster berikut ini untuk informasi seputar pendaftaran Duta Bahasa Jawa Barat 2019.


Mari bergabung dengan Duta Bahasa Jawa Barat. Mungkin, kamu adalah ikon bahasa yang kami tunggu!

Duta Bahasa Jawa Barat,
Perceka wiwaha!

Sabtu, 01 Juni 2019

Lima Sorotan dari Pengalaman Australia Saya (Bagian 1)

Saya pernah mengatakan jika saya tidak akan terlalu merindukan Australia. Dulu, saya menganggap Australia hanyalah wilayah peraduan di mana saya wajib berada di sana selama satu tahun (yang pada kenyataannya hanya sebelas bulan). Saya salah besar. Saya sangat merindukan Australia. Beberapa hal ini adalah sorotan dari pengalaman saya selama di Australia.

Southern Cross pada sore hari yang hangat.
Sebenarnya, saya jatuh cinta pada Southern Cross tanpa syarat. Tempat ini mengajarkan saya arti pergi dan kembali. Adalah Southern Cross yang membuat saya semangat untuk menyambut akhir pekan selama di Australia. Pada hari Jumat, saya akan membeli tiket kereta pukul 12.00 dan sampai di Southern Cross sekira 15.00. Tinggal menunggu beberapa jam, saya sudah bisa menikmati senja di stasiun ini.


Ada suatu keindahan yang tak bisa saya deskripsikan saat sinar matahari menyelinap dari arah barat. Menyelundup ke peron-peron stasiun di mana banyak manusia sedang memenuhi kursi tunggu sembari membaca buku, bercengkerama, atau mendengarkan musik.  Menghangatkan perpisahan yang tercipta di depan gerbang peron. Melbourne pada sore hari itu cantik, tetapi Southern Cross menjelang senja adalah surga. Saya akan selalu merindukan detik-detik kedatangan di Southern Cross sembari menyesap kopi yang saya beli di kantin kereta.

Menghabiskan akhir pekan di Cobden
Perjalanan yang selalu saya nantikan setiap akhir pekan. Jarang sekali saya menghabiskan Jumat s.d. Minggu di Warrnambool. Bukannya saya tidak suka tempatnya, tetapi saya butuh menenangkan diri setelah bekerja keras selama empat hari. Plus, saya harus mengobrol dengan teman senasib seperjuangan.


Tempat terdekat yang bisa saya kunjungi adalah Cobden; lokasi di mana Kang Agung bertugas. Cobden adalah kota kecil yang tidak terlalui jalur kereta api. Untuk mengunjungi Kang Agung, saya harus naik kereta sampai Camperdown, lalu menggunakan bus atau taksi selama tiga puluh menit. Hanya ada satu pasar swalayan dan beberapa kedai kopi di sana. Danau Cobden, salah satu daya tarik di sana, sering sekali kami kunjungi hanya untuk berswafoto atau menggunakan wahana olahraga yang tersedia. Cobden memang sepi, tetapi saya telanjur nyaman untuk bermalam di sana.

Minum teh susu pada malam hari yang sunyi sembari menonton film adalah sebuah kebahagiaan!

Pancake menjadi makanan favorit saya.
Beberapa bulan pertama, saya agak kesulitan menemukan makanan yang saya suka. Ibu Kav, orang tua koordinator saya, sering kali memasak makanan Indonesia agar saya tidak rindu kampung halaman. Namun, lidah Indonesia saya perlu dipuaskan oleh makanan bervetsin. Makanan orang Australia acap kali terlalu sehat untuk sistem pencernaan saya. :)

Walhasil, saya mencoba berdamai dengan keadaan. Saya mencari makanan sana yang saya bisa konsumsi dan mampu a) mengenyangkan perut saya dan b) membuat indra pengecap saya senang. Bertemulah saya dengan pancake. Hunni dan Pancake Parlour adalah dua kedai pancake yang sangat saya sukai. Setiap pagi, saya membeli pancake di Hunni sembari menyesap secangkir kopi. Pada akhir pekan di Melbourne, saya selalu menyempatkan makan pancake di Parlour.


Saya juga bisa memasak pancake, lo! Tidak senikmat dua kedai itu, tetapi masih diterima oleh perut. Tuh, calon suami yang baik.

Perjalanan pulang dari sekolah.
Pulang dari sekolah adalah momen yang saya sukai. Bel pulang berdering sekira pukul 15.20 dan saya akan mulai jalan dari sekolah pukul 16.00. Empat puluh menit saya gunakan untuk menyiapkan materi keeseokan harinya atau menyelesaikan revisi tulisan anak-anak.

Saya jarang sekali naik bus untuk pulang ke rumah. Saya lebih memilih untuk berjalan kaki melalui rute langganan yang sangat saya suka.


Pemandangan taman akan saya lalui sesaat setelah keluar dari area sekolah. Biasanya, saya main ayunan di taman selama beberapa menit, baru melanjutkan perjalanan. Saya akan memasuki area pusat bisnis dan mengunjungi toko buku (sebatas melihat koleksi terbaru mereka) dan pasar swalayan (untuk menyetok makanandi kulkas, tentu saja). Setelah itu, saya melalui sebuah jalan berlantai rumput yang sesekali dihiasi dandelion. Tak jarang pula saya ditemani kerbau-kerbau yang sedang menyantap makan sorenya. Setelah menghabiskan tiga puluh menit di perjalanan, saya akan sampai di rumah dan langsung memasak makan malam. Tidak ada sesuatu yang spesial, kan? Tapi rutinitas itu sukses membuat saya rindu.

Vance Joy dan Melbourne International Film Festival 2018
Dua hal ini bisa disebut sebagai kejadian paling menyenangkan selama di Australia. Untuk pertama kalinya saya menyanyikan Riptide bersama ribuan penonton dan penyanyi aslinya, Vance Joy! Menjelang tengah malam, saya dan penggemar James (red: nama asli dari Vance Joy) lainnya menyanyikan Riptide lagi di dalam trem menuju Flinders. Suara saya hampir serak karena terus-menerus meneriakkan lirik lagu James. Iya, meneriakkan. Bukan menyanyikan. Saya ditemani oleh Teh Vera, penggemar James garis keras juga.

MIFF 2018 adalah pengalaman festival film pertama saya! Beberapa minggu sebelum festival dimulai, saya dan Teh Vera memesan tiket untuk menyaksikan delapan film. Saya sangat kagum dengan antusiasme masyarakat sana terhadap sebuah film. Terlihat sekali kalau mereka sangat mengapresiasi setiap kerja keras kru film. Riuh tepuk tangan sering kali meramaikan akhir film. Tak jarang, saya tepuk tangan sembari menangis karena film yang saya tonton terlampau menyedihkan.

Di sana, saya tidak perlu buru-buru menghapus air mata kalau menangis karena film. :)

Lima sorotan itu benar-benar membuat saya rindu Australia. Sebenarnya, masih ada lima sorotan yang perlu saya tuliskan. Saya akan abadikan sisa sorotan di tulisan selanjutnya.