Senin, 04 Mei 2020

Tanpa Judul

Empat dari tiga puluh satu

Semenjak tulisan kedua saya untuk #31HariMenulis diunggah, cukup banyak respons yang diutarakan oleh teman-teman saya seputar tulisan tersebut. Beberapa teman menyatakan dukungannya dan berbagi pengalaman setelah menonton film serial 2gether, tetapi cukup banyak teman yang secara langsung melakukan konfrontasi dan menyanggah opini saya. Sebenarnya, saya tidak tersinggung ketika ada teman yang tak sejalur pemikirannya. Adalah sesuatu yang lumrah, kan? Namun, saya cukup kaget ketika rasa tidak setuju mereka diungkapkan dengan kata-kata penuh nada penghakiman.

Saya sempat membaca ulang tulisan hari kedua, takutnya ada bagian yang memang menyinggung perasaan pembaca atau bahkan melanggar peraturan yang telah diatur oleh panitia mengenai SARA. Hasilnya? Saya masih tidak menemukan apa pun yang berpotensi menyulut emosi dari tulisan tersebut.

Dari beberapa respons yang saya dapatkan, ujaran salah satu teman saya adalah respons yang paling menampar. Pagi kemarin, saya dihubungi oleh seorang teman yang mengaku sudah membaca Rinumangsa. Saya pun berterima kasih dan menyampaikan keluhan saya yang kesulitan mencari ide. Tanpa menggubris keluhan saya sama sekali, teman saya lalu menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan opini yang saya tuliskan. Lalu saya tanyakan bagian mana yang ia tidak setuju. Berikut adalah sekumpulan pernyataan yang masih menggema dalam pikiran saya.

"Kenapa kamu harus ngerasa perlu ngomongin masalah kayak gitu, sih? Udah tahu salah, masih aja dibela. Kamu tuh seorang guru yang harusnya memberikan motivasi dan memikirkan konten yang kamu buat. Ini aku pengin ngasih tahu kalau apa yang ditulis sama kamu tuh ya kurang mendidik. Gimana kalau murid kamu baca blog kamu terus tahu kalau gurunya dukung LGBT?"

Saya menjelaskan apa-apa yang tertulis pada unggahan tersebut adalah seutuhnya pandangan saya ihwal film queer dan persepsi masyarakat terhadap komunitas LGBT. Saya juga menekankan padanya bahwa tentu saja saya mendukung komunitas tersebut karena saya berpikir memang tidak ada yang perlu diperdebatkan.

"Yeh, dikasih tahu kebaikan malah gini."

Saya tidak pernah menyangka tulisan tersebut akan mengundang banyak respons. Maklum, blog kecil seperti Rinumangsa tidak pernah dikunjungi terlalu banyak pembaca. Hanya teman-teman dekat yang saya paksa saja biasanya. Mendapatkkan berbagai macam tanggapan, pro dan kontra, membuat saya cukup gentar untuk menulis.

Hari ini, saya sudah membuat dua draf tulisan dan keduanya saya urung unggah. Saya merasa jadi serba ketakutan. Padahal, tujuan saya membuat blog ini adalah untuk mengekspresikan diri dan pemikiran saya seautentik mungkin.

Saya sudah tidak tahu harus menuliskan apa lagi. Semua kata yang ada di otak saya malah memudar. Selamat malam.


Tambahan:
Untuk panitia #31HariMenulis, saya tidak bisa melanjutkan tulisan ini. Mohon maaf karena setoran hari ini sangat tidak maksimal. Semoga besok saya kembali dengan tulisan yang lebih layak baca.

2 komentar:

  1. Hay come on! Inilah sebabnya tulisan kamu sangat dibutuhkan.. kamu harus mengedukasi orang macam itu. "tidak berpendidikan atau tidak mendidik" haha how's funny. Pemikiran yang kurang luas, perasaan yang kurang merasa, dan sikap tertutup pada dunia, aku mengasihani temanmu. Keep writing cause it is your power. Just write everything in ur mind. it aims of writing.

    BalasHapus
  2. Untuk teman kamu, mari berpikir luas. Lanjutkan apa yang kamu idekan. Tetap semangat ��

    BalasHapus