Beberapa hari yang lalu, saya mengunggah fitur pertanyaan di Instastory. Menanyakan asumsi teman-teman Instagram tentang diri saya. Sebagian asumsi membuat saya terkaget, ada pula yang sempat membuat saya terbahak. Tak sedikit pula yang mengisi fitur tersebut dengan hal-hal retoris, seperti gondrong, Saiful, dan lain-lain. HAHA
Izinkan saya mengonfirmasi asumsimu satu-satu.
Izinkan saya mengonfirmasi asumsimu satu-satu.
Pendiam
Saya mengakui jika pendiam adalah satu label paling sering diberikan oleh orang lain kepada saya. Jika dibandingkan dengan teman-teman lain, mungkin saya lebih diam daripada mereka. Khususnya saat pertama kali bertemu atau saya tidak terlalu akrab dengan seseorang, saya akan memilih untuk diam dan menjadi penyimak sejati. Namun jika kita mengenal satu sama lain, saya tidak sependiam yang kalian kira, ko.
Sombong banget
Banyak yang berasumsi jika saya adalah orang yang sombong. Merasa kurang mendeskripsikan kesombongan saya, beberapa menambahkam banget untuk menekan maknanya. Apakah wajah saya sejemawa itu?
Saya mengira asumsi ini berasal dari wajah rehat saya yang terlampau menakutkan atau memicu kesebalan bagi orang lain. Namun, saya tidak sombong.
Asli.
Saya mengira asumsi ini berasal dari wajah rehat saya yang terlampau menakutkan atau memicu kesebalan bagi orang lain. Namun, saya tidak sombong.
Asli.
Garang
Antara bangga sama enggak diasumsikan sebagai orang garang....
Kreatif
Saya selalu berusaha untuk menjadi orang kreatif. Ketika ada yang berasumsi bahwa saya adalah orang kreatif, wow senang sekali!
Emosian?
Ya, tanda tanya itu berasal dari penulisnya langsung. Saya langsung mengonfirmasi bahwa saya memang mudah sekali emosi. Jika ada teman saya yang lambat dalam mengerjakan sesuatu, saya sering memendam emosi. Saat ada yang berjalan sangat lambat, saya juga sering marah. Padahal saya juga kerap lambat dalam mengerjakan sesuatu.
Suka banget nulis
YA. Sejak duduk di bangku SD, saya suka sekali menulis dan genre favorit saya pun berubah-ubah seiring berkembangnya bahan bacaan saya. Komik adalah jenis tulisan yang saya buat saat SD, walaupun saya sangat tidak jago menggambar. Kerap kali teman saya yang menggambar ilustrasi untuk cerita yang saya tulis. Genre saya bergeser saat saya memasuki fase SMP. Saya suka sekali menuliskan cerita hantu. Awalnya, saya menulis untuk mengaktualisasikan hobi saja, tetapi lama-kelamaan saya menulis karena banyak orang yang suka tulisan saya. Bahkan para perundung!
Pernah suatu hari, salah satu perundung mendekati saya sembari meminta buku cerita. Dia mengancam akan memukul saya jika saya tidak memberikan buku cerita saya. Ancaman yang sangat menyentuh, kan?
Saya menulis berbagai kisah romantis saat mencapai titik SMA dan kuliah. Komitmen untuk menerbitkan novel dengan genre drama romantis pun mulai menguar, walaupun hingga detik ini tidak terealisasikan.
Suka harkos sama cewek
Hm.
Ternyata ada yang menganggap saya suka memberikan harapan kosong bagi para perempuan. Mari kita bahas tentang asumsi ini.
Saya mempunyai banyak sekali teman perempuan. Bahkan lebih banyak daripada teman laki-laki. Lebih banyak.
Saya sangat mudah memberikan afeksi dalam bentuk apa pun; menanyakan kabar, memeluk, dan memberikan perhatian lebih. Kepada siapa pun; laki-laki ataupun perempuan. Apa alasannya? Sekadar menunjukkan bahwa saya menyayangi mereka. Ternyata, konsep menyayangi orang itu perlu dibatasi dan tidak diobral terlalu berlebihan karena sangat berisiko untuk disalahartikan. Walhasil, asumsi Zain Si Pemberi Harkos pun kerap menyebar dan banyak orang yang mengingatkan saya untuk tidak memberikan harapan kepada para perempuan.
Selain itu, banyak pula orang yang enggan diberikan perhatian karena mereka sudah merasa cukup diperhatikan. Layaknya mereka akan overdosis dan mati jika diberikan afeksi berlebihan.
Baik, warganet dan teman nyataku. Saya turuti keinginan kalian. :))
Suaranya bagus
Di kamar mandi? Saya suka merasa berhasil menyanyikan lagu apa pun.
Di luar kamar mandi? Saya harus berusaha agar suara yang diproduksi layak-dengar dan tidak mengganggu tetangga.
Gak pernah saltik
Salah besar.
Jempol besar ini adalah biang kerok dari semua saltik yang pernah saya buat.
Bahkan saya sempat mengirimkan pesan kepada dosen: Saya diberi tahi oleh pihak jurusan....
Dosen saya hanya membalas: Kala dikasih tahi jangan pernah terima.
Kalau nonton animasi pasti tidur
Ini adalah sebuah fakta. Saya jarang menonton film animasi, fiksi sains, atau ciat-ciat (yang sebenarnya adalah film aksi atau laga) karena itu terlalu membosankan. Satu-satunya film animasi yang saya nikmati dan tonton secara keseluruhan adalah Spiderman into the Spider Verse.
Sisanya? Selamat tidur!
Lebih suka Midsommar daripada Hereditary
Salah. Saya lebih suka Hereditary daripada Midsommar.
Toni Collette? Siapa yang bisa menyaingi tangisan beliau di Hereditary? Atau antukan kepalanya? Atau permainan emosinya?
Sedang berbahagia
Ah, tentu saja.
Semoga kebahagiaan juga selalu memelukmu.
Ya, tanda tanya itu berasal dari penulisnya langsung. Saya langsung mengonfirmasi bahwa saya memang mudah sekali emosi. Jika ada teman saya yang lambat dalam mengerjakan sesuatu, saya sering memendam emosi. Saat ada yang berjalan sangat lambat, saya juga sering marah. Padahal saya juga kerap lambat dalam mengerjakan sesuatu.
Suka banget nulis
YA. Sejak duduk di bangku SD, saya suka sekali menulis dan genre favorit saya pun berubah-ubah seiring berkembangnya bahan bacaan saya. Komik adalah jenis tulisan yang saya buat saat SD, walaupun saya sangat tidak jago menggambar. Kerap kali teman saya yang menggambar ilustrasi untuk cerita yang saya tulis. Genre saya bergeser saat saya memasuki fase SMP. Saya suka sekali menuliskan cerita hantu. Awalnya, saya menulis untuk mengaktualisasikan hobi saja, tetapi lama-kelamaan saya menulis karena banyak orang yang suka tulisan saya. Bahkan para perundung!
Pernah suatu hari, salah satu perundung mendekati saya sembari meminta buku cerita. Dia mengancam akan memukul saya jika saya tidak memberikan buku cerita saya. Ancaman yang sangat menyentuh, kan?
Saya menulis berbagai kisah romantis saat mencapai titik SMA dan kuliah. Komitmen untuk menerbitkan novel dengan genre drama romantis pun mulai menguar, walaupun hingga detik ini tidak terealisasikan.
Suka harkos sama cewek
Hm.
Ternyata ada yang menganggap saya suka memberikan harapan kosong bagi para perempuan. Mari kita bahas tentang asumsi ini.
Saya mempunyai banyak sekali teman perempuan. Bahkan lebih banyak daripada teman laki-laki. Lebih banyak.
Saya sangat mudah memberikan afeksi dalam bentuk apa pun; menanyakan kabar, memeluk, dan memberikan perhatian lebih. Kepada siapa pun; laki-laki ataupun perempuan. Apa alasannya? Sekadar menunjukkan bahwa saya menyayangi mereka. Ternyata, konsep menyayangi orang itu perlu dibatasi dan tidak diobral terlalu berlebihan karena sangat berisiko untuk disalahartikan. Walhasil, asumsi Zain Si Pemberi Harkos pun kerap menyebar dan banyak orang yang mengingatkan saya untuk tidak memberikan harapan kepada para perempuan.
Selain itu, banyak pula orang yang enggan diberikan perhatian karena mereka sudah merasa cukup diperhatikan. Layaknya mereka akan overdosis dan mati jika diberikan afeksi berlebihan.
Baik, warganet dan teman nyataku. Saya turuti keinginan kalian. :))
Suaranya bagus
Di kamar mandi? Saya suka merasa berhasil menyanyikan lagu apa pun.
Di luar kamar mandi? Saya harus berusaha agar suara yang diproduksi layak-dengar dan tidak mengganggu tetangga.
Gak pernah saltik
Salah besar.
Jempol besar ini adalah biang kerok dari semua saltik yang pernah saya buat.
Bahkan saya sempat mengirimkan pesan kepada dosen: Saya diberi tahi oleh pihak jurusan....
Dosen saya hanya membalas: Kala dikasih tahi jangan pernah terima.
Kalau nonton animasi pasti tidur
Ini adalah sebuah fakta. Saya jarang menonton film animasi, fiksi sains, atau ciat-ciat (yang sebenarnya adalah film aksi atau laga) karena itu terlalu membosankan. Satu-satunya film animasi yang saya nikmati dan tonton secara keseluruhan adalah Spiderman into the Spider Verse.
Sisanya? Selamat tidur!
Lebih suka Midsommar daripada Hereditary
Salah. Saya lebih suka Hereditary daripada Midsommar.
Toni Collette? Siapa yang bisa menyaingi tangisan beliau di Hereditary? Atau antukan kepalanya? Atau permainan emosinya?
Sedang berbahagia
Ah, tentu saja.
Semoga kebahagiaan juga selalu memelukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar