Selasa, 15 September 2020

Selamat Ulang Tahun

Sumber: Flickr


Kekasihku adalah manusia yang baik. Tuturnya lembut dan setiap lakunya selalu mampu membuatku mengucapkan syukur kepada Tuhan. Betapa tidak? Ia selalu memiliki sebuah rengkuhan yang bisa ditawarkan pada anak kecil yang sedang menangis karena mainannya jatuh ke selokan. Atau kepada teman yang bersuka setelah permohonan beasiswanya diterima. Kepada orang tuanya setiap kali mereka menjenguk kekasihku di indekos. Bahkan kepadaku, lelaki malang nan nelangsa ini yang selalu merajuk ingin tidur berbantalkan dadanya.

Kekasihku tidak banyak bicara. Ia lebih gemar menyimak dan menulis, dua hal yang merupakan kesukaanku juga. Perbedaannya, ia tetap terampil dalam bertutur kata, sedangkan aku harus menenangkan gugup terlebih dahulu sebelum berbicara. Syukurnya, itu tidak menjadi masalah besar. Ia tetap sudi menyimak ceritaku, menyampaikan pendapatnya terhadap keputusan-keputusanku, dan mengujarkan aku sayang kamu sebelum aku tertidur.

"Kota ini sudah terlalu gaduh. Nanti kita tinggal di perdesaan saja, ya?"

Saat aku masih sibuk memohon pada Tuhan agar bisa ditautkan dengannya hingga sepuh, kekasihku sudah lebih dulu merencanakan masa depannya denganku. Mempertaruhkan hatinya dengan bayangan masa depan yang masih semu. 

Kekasihku tak terlalu peduli, tetapi ia berulang tahun hari ini.

Usianya menginjak tahun perak, masa buruk bagi sebagian makhluk. Ia tidak gentar sama sekali. Tak tergurat sedikit pun rona bingung seperti yang muncul di wajahku Maret lalu. Kekasihku selalu tahu apa yang ia inginkan dan apa-apa yang harus ditanggalkan. 

Pagi ini, ia terbangun dan meninggalkan kasur pelan-pelan. Menyeduh serbuk kopi dalam dua gelas, satu untuknya dan satu lagi untukku. Ia selalu membangunkanku jauh sebelum alarm ponsel berbunyi. Satu usapan tangannya sudah mampu membuka kelopak mataku. Siapa pula yang tidak ingin melihat sosoknya pada pagi hari?

Aku mengucapkan selamat ulang tahun tadi pagi. 

Kamu tahu apa yang ia ucapkan? 

"Aku mimpi kita jalan-jalan ke Dublin."

Seperti yang aku bilang, kekasihku tak terlalu peduli jika ia berulang tahun hari ini. Ia malah menceritakan perjalanan imajinatif kami ketika jalan-jalan di ibu kota Irlandia sana.

Saat ia berkisah, hatiku terus bersyukur dan lagi-lagi memohon kepada Tuhan.

"Semoga keselamatan selalu bersama kekasihku. Kebaikan selalu mengekor pada setiap jejak kakinya. Umurnya masih bisa terus berlanjut, hingga kepala tiga, empat, atau bahkan mendapat predikat umur tertua di dunia. Jikalau aku boleh keras kepala sekali seumur hidup, bolehkah aku saja yang mendampingi dia menua?"

Selamat ulang tahun, Kekasihku.

Rahayu selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar