Sumber: Teresa Xu di Pinterest |
Aku mengenal kekasihku sebagai makhluk yang selalu berusaha menjadi orang baik. Tentu saja, kekasihku juga sering kali melakukan kesalahan. Namun, satu hal yang kuketahui ihwal sosoknya; ia akan mati-matian membuat orang di sekitarnya merasa diterima dan bahagia. Nampaknya, itulah salah satu mimpi terbesarnya. Kekasihku kerap menawarkan pelukan, bahkan kepada orang yang baru saja ia kenal. Beberapa kali ia diingatkan agar menjaga jarak, menghormati makna muhrim yang berlaku di sekitarnya. Namun, naluri telah membentuknya menjadi seorang pemeluk andal.
Kekasihku tidak banyak berbicara. Dia selalu merasa kurang bisa menyampaikan maksudnya dengan baik. Gugup acap menyerang ketika ia diberikan kesempatan untuk berbagi pendapat. Jika memang tidak terlalu mendesak, ia memilih bungkam dan menikmati simakan yang ia terima. Baginya, tidak ada yang lebih nyaman daripada menyimak orang lain berbicara ihwal pengalaman hidup atau hanya lelucon-lelucon semata.
Untuk menebus kekurangannya, kekasihku kerap mengabadikan idenya dalam bentuk tulisan. Apa pun bentuknya; puisi, cerpen, esai, atau sebatas tulisan ngalor-ngidul. Menulis lir terapi yang manjur untuk menenangkan ledakan perasaan yang bercokol di pikirannya. Kekasihku sering terbangun pada tengah malam, lalu menulis di pojok kamar. Kalau sudah begini, aku tidak pernah bisa mengajaknya rebah kembali. Kubiarkan kekasihku memuntahkan semua yang ingin ia keluarkan dari pikirannya malam itu. Namun, tak jarang pula ia akan berhenti menulis dalam jangka waktu yang cukup lama. Idenya entah di mana, katanya. Satu-satunya yang aku bisa lakukan hanyalah menemaninya berkelana. Mencari pengalaman yang bisa ia endapkan dalam bentuk tulisan.
Sebulan yang lalu, Selasa ketiga pada bulan Maret, kekasihku mengulang momentum kelahirannya. Tak ada yang ia inginkan selain orang-orang lupa bahwa hari itu sejarahnya menjadi dua lima tercipta. Dia terlalu banyak menonton video-video mendebarkan tentang kisah para naravlog yang sudah menjalani umur perak mereka dengan penuh tantangan. Kekasihku sangat enggan untuk ditantang. Dia selalu merasa kalah. Padahal dia adalah sekuat-kuatnya manusia yang pernah aku temui. Sempat mengeluh, tetapi pekerjaannya selalu rampung. Selalu berusaha fokus untuk menyelesaikan kewajibannya satu-satu karena dia tahu; multitasking bukanlah keahliannya. Umur dua lima, menurutku, bukanlah apa-apa bagi kekasihku.
Ayahku pernah berkisah tentang cara Ibu merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh lima. Ibu menuliskan sebuah surat yang ia beri tajuk Surat Selawe. Di dalamnya, Ibu menuliskan semua doa yang ia mohon Tuhan kabulkan. Doa-doa baik itu tentu saja bermuara kepada Ayah. Ibu juga ingin Ayah tahu bahwa surat selawe itu adalah bentuk sayangnya yang tak bisa ia lisankan. Saat mengisahkan cerita itu, Ayah berjanji untuk menuliskan surat selawe untukku. Sayang sekali, Ayah tidak sempat merampungkan keinginannya.
Untuk itu, saatnya aku menuliskan surat selawe untuk mengantarkan kekasihku ke gerbang umur dua lima. Sayang, surat ini untukmu. Selamat ulang tahun.
Hadirku dalam kehidupanmu adalah untuk mengingatkan agar harapmu memiliki kadar yang cukup. Jangan menaruh harap pada sesuatu yang kamu tahu benar tidak akan mekar. Jika ada hal yang tidak bisa kaucapai, rela adalah jawaban yang kamu butuhkan. Aku mengenalmu sebagai seorang pemikir. Namun, terkadang pikir harus sedikit diistirahatkan. Jangan terlalu memaksakan. Gagalmu tidak mendefinisikan masa depanmu sama sekali.
Satu hal lagi. Sebelum kamu membuat orang di sekitarmu merasa diterima, aku ingin kamu menerima dirimu apa adanya. Sebelum kamu mengucapkan aku bangga banget sama kamu pada orang lain, kamu harus tahu bahwa kamu juga patut dibanggakan. Peluk yang kamu berikan kepada orang lain juga layak kamu terima. Untuk masalah ini, biarkan aku yang menyelesaikan.
Menyayangimu selama ini adalah kegiatan yang paling kusuka. Kuharap, kamu pun menikmatinya.
Bandung, 17 April 2020
Dariku:
Dirimu sendiri
PENULIS FAVORITEKU SETELAH SAPARDI DJOKO DAMONO YA KAMU! This is my favorite!!!!!
BalasHapus